Di korea itu kerja “cepat” adalah nampaknya adalah kultur yang dikenalkan sejak kecil. Adverb 빨리 빨리 (pal-li pal-li) yang arti harfiahnya “ayo lekas lekas”, sering terdengar dimana-mana. Di subway, pasar, sekolah, supermarket, universitas dan setiap sudut jalan di seoul.

Anak muda korea

Anak muda korea


itulah sebabnya kenapa orang di korea ketika berjalan, berjalan sangat cepat. Tidak peduli muda, yang tua juga berjalan sangat cepat. Satu waktu, bersama pak taufik (dosen UIN Jogja), saya pernah pulang dari terawih di KBRI Seoul. Kebetulan karena gak tahu nomor bus ke subway akhirnya kita milih untuk berjalan. Saat lewat jembatan, kita dua kali di “salip” orang tua. Satu sudah sangat tua, perempuan usianya sekitar 70 tahun. Dan satu paruh baya … usanya sekitar 55 tahunan. Keduanya nampak masih energik. Padahal kalau dilihat sepintas dari pakaiannya sih, pasti bukan orang kaya apalagi orang yang berpendidikan. Dan mereka juga tidak dalam kondisi lari. Mereka jalan! … sama dengan kita yang juga jalan… tapi kecepatan jalannya memang berbeda…..:((

Orang tua korea cukup “sadis” dalam mengenalkan budaya cepat ke anaknya. Satu waktu pernah lewat zebra cross di dekat sebuah sekolah dasar di Seoul. Berbeda dengan indonesia, zebra cross di korea itu diberi lampu merah. Hanya saja jangan seenaknya saja menerobos, karena selain jarak jalan antar zebra cross cukup jauh, bus yang seukuran 1.5 kali gajah sering sekali melintas dengan kecepatan tinggi. Menerobos berarti maut!

Waktu hijau lampu penyebrangan hanya 30 detik. Sangat singkat. Sementara waktu tunggu sampai hijau lagi bisa 5 menit. Ceritanya ini ada ibu muda yang mengantarkan anaknya ke sekolah. Dia lewat zebra cross. beberapa detik menuju merah lagi. Mepet! Anehnya si ibu malah memilih untuk menggandeng anaknya daripada menggendongnya. dan ibu itu mengajak anak kecilnya berlari. Pali pali!

Si anak, karena tidak bisa mengikuti kecepatan lari ibunya, ia terjatuh. Lalu si ibu hanya bilang, bangun!.. dan (tentu saja) kemudian mengajak berlari lagi. Tidak ada gendong. Tidak ada tangis dari anak karena jatuh. Dan kembali berlari. Pali pali.

Saya menduga, budaya kerja cepat ini disebabkan karena iklim korea yang sangat keras. Dimusim dingin seperti sekarang… waktu blog ini ditulis… suhu bisa mencapai minus 12 derajad celsius. Lebih ekstrim lagi katanya pernah minus 20 derajad celsius. Sebagai perbandingan kota tokyo, jarang sekali menginjak angka 0 di musim dingin. Suhu rata rata di Tokyo di musim dingin hanya berkisar 5-13 derajad celsius. Hanya pulau HOkaido di utara , Hokaido, yang suhunya sama seperti Seoul. Selebihnya lebih hangat. Udara dingin memaksa orang untuk tidak berlama lama di luar. Jika ada keperluan di luar, maka harus dilakukan dengan cepat atau akan mati kedinginan.

Budaya ini terus terang sangat positif dan relevan untuk ditarapkan. Yang penting cepat. sungguh bertolak belakang dari pribahasa indonesia, biar lambat asal selamat. hehhehe

hmz…. btw.. pribahasa biar lambat asal selamat ini asalnya dari mana ya ? hehhehehe